Rabu, 12 Oktober 2016

EGRANG, EPEK-EPEK, BALAPAN KUDA dan DHUL-DHULAN

Egrang

egrang adalah permainan tradisional indonesia yang belum diketahui secara pasti dari mana asalnya karena dapat dijumpai diberbagai daerah dengan nama berbeda-beda. di Sumatra Barat, permainan ini dikenal dengan nama tengkak-tengkak dari kata tengkak (pincang). dalam bahasa Bengkulu permainan ini disebut ingkau yang berarti sepatu bambu. di Jawa Tengah, permainan ini dikenal dengan nama jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang. sementara itu, dalam bahasa Banjar di Kalimantan Selatan permainan ini disebut batungkau. egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang.

egrang merupakan sebuah permainan yang memanfaatkan galah atau tongkat untuk berdiri dan berjalan di atas permukaan ulas. egrang telah berkembang selama ratusan tahun yang lampau. permainan ini mengandaikan pemain lebih tinggi dari tinggi manusia ketika berdiri. bahan yang biasa dipakai sebagai egrang adalah bambu atau kayu. tongkat egrang biasanya dilengkapi dengan tangga sebagai tempat berdiri atau tali pengikat. tempat ini bertujuan untuk meletakkan kaki selama berjalan dengan egrang.

seseorang yang akan menggunakan egrang perlu proses belajar karena memerlukan keseimbangan. ketika keseimbangan badan tidak tercapai, seseorang akan terjatuh. egrang dapat berbentuk pendek, tetapi dapat pula tinggi. satu hal yang pasti, orang yang menggunakan egrang akan berada pada posisi yang lebih tinggi. untuk menggunakan egrang, seseorang harus berpijakan  pada bilah bambu atau kayu yang kecil. kemudian, kedua tangan berpegangan pada tongkat yang panjang. kaki mulai dilangkahkan secara perlahan seperti ketika seseorang berjalan, permainan ini menuntut unsur ketangkasan, kreatifitas, dan keseimbangan. egrang dapat dibedakan menjadi egrang pegangan, egrang pasak, egrang drywall, dan egrang pegas.

Epek-epek

permainan epek epek merupakan salah satu permainan anak yang terdapat di wilayah Imogiri, Bantul, dan Gunung Kidul. menurut dari nama permainan, yaitu epek-epek, setidaknya mengacu pada anggota badan yang bernama telapak tangan. dalam permainan ini, telapak tangan mempunyai arti penting. apabila ada pemain yang terkena epek-epek anak yang jadi atau kalah, maka pemain itu menjadi kalah atau jadi

permainan epek-epek termasuk permainan yang diiringi lagu. lagu itu biasanya dinyanyikan diawal permainan. syairnya sebagai berikut.
epek-epek si Kancil mbeleh tekek
sir gedebug ceklek
si Kancil nyolong timun
timune ewer-ewer
jenenge dower

lagu tersebut dinyanyikan sekali dalam setiap permainan. setiap kali mngucapkan satu suku kata, pemimpin permainan terus menunjuk ke sejumlah pemain yang ikut dalam permainan ini secara bergantian searah jarum jam.
sewaktu iringan lagu itu berakhir pada suku kata "wer" pada kata "dower", anak yang terkena nyanyian terakhir itulah yang menjadi pemain "jadi"".

sebelum anak-anak bermain epek-epek biasanya mereka membuat aturan lisan, diantaranya: keluar dari lokasi yang ditentukan, berarti mati atau "dis", pelantun lagu biasanya pemain yang terakhir tersentuh pemain yang jadi, kecuali awal permainan (berdasarkan kesepakatan bersama), pemain yang jadi atau kalah ialah pemain yang tertunjuk bersamaan dengan berakhirnya nyanyian (suku kata terakhir "wer" pada kata "dower"), cara mematikan lawan dilakukan dengan "nyablek" atau menyentuh telapak tangan pada badan peserta (jika hanya menyentuh baju dengan ujung jari tidak sah), setiap peserta yang terkena "cablek" menjadi mati dan membantu yang jadi turut mematikan peserta yang masih mentas (menang), permaina berakhir jika semua pemain telah tersentuh (tertangkap). selanjutnya, permainan dimulai dari awal.

Balapan Kuda

balapan kuda bukanlah permainan atau olahraga dengan menggunakan kuda, melainkan menggunakan batok kelapa. olahraga ini mendorong ketangkasan pemainnya. permainan ini dapat diikuti oleh dua orang atau lebih. perlengkapan yang digunakan berupa batok kelapa, tali, dan pisau.
 balapan kuda dapat dimainkan dilapangn, halaman rumah, atau taman bermain.

olahrga ini berupa adu lari dengan beralaskan batok kelapa. batok diberi seutas tali rafia tepat pada tengah-tengah batok. kemudian, pemain berada digaris start sesuai lintasannya masing-masing. setelah aba-aba, pemain segera berlari sekencang-kencangnya menuju garis finis. saat berjalan akan terdengar suara tak!tok!tak!tok! seperti suara langkah kaki kuda. tidak heran jika adu lari alas batok dinamakan sebagai balapan kuda.

bagaimana cara membuat alas batok? carilah kelapa dan dibelah menjadi dua yang sama besar. bagian tengah batok dilubangi untuk mengaitkan ujung tali sepanjang kurang lebih 3 meter. ujung tali dikaitkkan kepasangan batok kelapa. gunakan alas batok seperti ketika menggunakan sandal jepit. pegang tali secara erat, kemudian bersiap melangkahkan kaki. jika tidak ada batok, kita dapat menggantinya dengan kaleng bekas.

Dhul-dhulan

Permainan dhul-dhulan cukup dikenal di daerah istimewa Yogyakarta. Permainan ini disebut dengan nama “dhul-dhulan” karena para peserta selalu meneriakkan kata “dhul” apabila mereka sampai pada tempat lingkaran yang lain. Pada masa lampau permainan dhul-dhulan biasa disebut dengan nama gobak gendul karena arena permainannya terdiri atas dua buah lingkaran dengan garis penghubung yang mirip dengan bentuk gendul (botol).

Permainan ini dapat dilakukan oleh anak laki-laki, perempuan, atau gabungan antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Jumlah peserta permainan sekurang-kurangnya dua orang anak dan sebanyak-banyaknya dua belas orang anak.

Bermain dhul-dhulan tidak memerlukan peralatan apa pun, dapat dimainkan di halaman itu digambarkan dua buah lingkaran masing-masing bergaris tengah sepanjang 2,5 meter dan jarak antara kedua lingkaran itu kira-kira sejauh 4 sampai 6 meter. Cara menggaris batas-batasnya cukup dengan batu, kayu, atau dengan telapak kaki saja.
(gambar lapangan dhul-dhulan)

Permainan diawali dengan “hompimpa” sehingga tinggal seorang anak saja yang kalah atau  “dadi”.  Tidak beberapa peraturan yang harus diperhatikan dalam permainan ini.
  • Kaki yang kalah (dadi) tidak boleh masuk ke dalam lingkaran.
  • Apabila yang menang sampai tersentuh (meskipun hanya bajunya) oleh yang kalah, matilah ia.
  • Apabila kaki yang menang sampai di luar garis lingkaran ataupun garis penghubung lingkaran, matilah ia.
  •  Apabila yang menang akan meminta izin berhenti sebentar, ia harus mengucapkan “nas” terlebih dahulu.
  • Apabila yang menang berpindah dari lingkaran yang satu ke lingkaran yang lain, sebelum masuk lingkaran harus mengucapkan kata “dhul”.
  • Apabila yang menang telah masuk lingkaran, tetapi belum mengucapkan kata “dhul” yang kalah telah mengucapkan kata “dhul”, maka matilah yang menang.
  • Apabila yang menang sampai di kelilingi tiga kali oleh yang kalah (dadi) dan ia tidak berani lari berpindah lingkaran, matilah ia.
 Setelah peserta melakukan “hompimpa”, peserta yang menang masu kedalam lingkaran I. sementara itu, peserta yang kalah berdiri pada areal III menghadap kearah lingkaran I.(gambar posisi tiap-tiap peserta permainan dhul-dhulan.
Para eserta yang menang harus berpindah tempat dari lingkaran I ke lingkaran II melalui areal III. Mereka.
Para eserta yang menang harus berpindah tempat dari lingkaran I ke lingkaran II melalui areal III. Mereka usaha menggoda peserta yang kalah agar lengah, sehingga ada kesempatan untuk lari ke lingkaran II, peserta yang menang tersebut harus mengucapkan kata “dhul”.
Apabila peserta yang kalah berhasil meraih atau menyentuh peserta yang kalah masuk ke dalam lingkaran I. demikian permainan ini berjalan seterusnya sehingga dalam permainan selalu ada silih bergantiantara yang menang dan yang kalah.
(gambar apabila yang menang sampai tersentuh yang kalah, matilah ia dalam permainan dhul-dhulan).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar